Archive for January, 2007

h1

Existing or Truly Living?

January 31, 2007

Senin, 30-01-07, 11.01 siang

Pagi yang mendung. Gi malas ke kampus.

I want to share my daily-bread topic i’ve just read this morning.
But, I write it short bcoz i haven’t fully understand of it and my english is not good enuf.

It’s bout life. The title is Existing or Truly Living?

Interesting title. Are u live just to stay exist? Juz follow the flow? It’s really me. I’ve always thought just do it, just do it. Let it flow.

But, u know what? HE came to the world so that we could experience life to the full. A life HE designing for anyone of us that is truly different with this world’s standard. Be useful for others, and especially for HIM. Do the best we can, not for us, but for HIS glory. Yeah, at least, don’t be a burden for other people lah.

Eh, klo inggrisnya ada yg kurang bener kasih komentar ya. Buat gw pelajarin jg.

h1

Time To Do TA

January 31, 2007

Selasa, 30-01-07, 9 malam

5 pasukan gagah-berani-keparat menyerbu CMD dgn kepercayaan diri yang tinggi. Ditambah lagi dengan kehadiran atlet hoki asal Cina (hoki, bukan hockey), Ndoki, semakin mempertebal keyakinan dalam diri mereka.

Ide ke CMD ini datang dari Sat2, yg secara sporadis mengusulkan setelah seharian di Gramedia. Buat yg blum tau, Gramedia Paris Van Java ngadain diskon 30%. Info yg telat emang, karena terakhir hari ini.

Kembali ke laptop, salah, ke CMD. Sekali lagi, buat yg blum tau, CMD refer to Commando Game Center.

Lima orang tersebut segera membeli tiket, membayar, dan dengan langkah antusias menuju medan peperangan.

5 menit berlalu.
Sepi, lawan tampak mengamati dari jauh.

10 menit.
Game 1 dimulai. Pemilihan hero dilakukan setelah mengamati lawan.

15 menit.
Firstblood, entah oleh siapa dan untuk siapa.
.
.
.

40 menit.
“Gmn rekan2 mahasiswa? Kita sudahi saja perlawanan mereka?”, dgn pongahnya salah satu dari mereka berkata.
“Tar ah, gw masih enak creping nih”
“Iya, gw ke wc dulu ah”
[Tukang Komentar/TK] Mang di medan perang ada wc?
“Mang, nasi goreng satu, ga pedes, ga pake kerupuk, ga pake lama.”
[TK]
Gila tuh mang nasgor, jualan di medan perang.

69 menit.
Akhirnya, mereka berhasil memenangkan peperangan yg berlangsung sangat tidak seru itu.

Game 2.
Mereka menemukan lawan yg sepadan. Setidaknya untuk 15 menit pertama.
Berikutnya?
Kekalahan tampak tinggal menghitung menit. Diawali oleh beberapa tipu muslihat yang gagal diterapkan, strategi dinamisasi yg berbuah kematian, ditambah lagi blunder2 yang entah disengaja atau tidak, tampak sangat goblok.
Dan, bisa ditebak, tidak cukup sejam mereka takluk, itupun dah memohon2 ampun.

Satu hal yang patut digarisbawahi, kehadiran “legendary lich” dalam game ke 2 tidak membawa peperangan ke arah yg lebih baik. Justru malapetaka. Dgn tidak membunuh sama sekali (0 – …, kill status), itu sama saja mencoreng nama baik yang telah dibangun selama 3 tahun.

Game 3.
“Okeh, serius nih”
“Ya dah, gw jg serius”
“Nasi goreng gw jg dah abis”
“Sama, kantong kemih gw jg masih kosong”
Namun tampaknya, pemilihan hero2 yang telah kaya pengalaman tidak berbuah hasil. Okeh, emang menit2 awal mereka tampak mendominasi di setiap sudut medan tempur. Bukan, cuma di sudut kiri dan tengah doang. Pasukan sayap kanan tampak agak kepayahan. Beberapa kali pergantian line dilakukan, baik untuk membantu ataupun sekedar menyaksikan kematian rekan seperjuangan dgn muka tanpa dosa.

Malang tak dapat dipungkiri. Takdir berkata blum saatnya.
Kekalahan untuk yang kedua kalinya.

Mereka digotong dari medan tempur tanpa daya, lunglai, ketakberdayaan terpancar di sorot mata masing-masing dari mereka. Satu persatu mereka saling menatap. Seakan tidak percaya akan apa yg baru saja dialami.
Mro melihat ke ditsky. Ditsky menoleh ke ndoki, matanya seolah berkata, “Dok, engkau masih seperti yang dulu.” Alah…

Berbicara mengenai atlet hoki ini, memang disadari tidak ada yang berubah. Gaya permainan yang sarat kontroversial dan cenderung anarkis terkadang (klo ga mo dibilang selalu) menjelma menjadi bumerang. Kematiannya yang sering berbau offside tidak sedikit disebabkan oleh teknik menyerangnya yg apa adanya dan memang begitulah adanya.

Ditengah keheningan, gw sadar ini adalah kutukan. TA yg blum beres. Blum terjamah.
“Kayaknya tempat kita bukan disini lagi. It’s time to do TA, not doTA”, gw mencoba meniru sosok cendekiawan semacam Socrates, tapi bayang-bayang Tukul tidak dapat gw singkirkan.
“Iya, dah cupu nih. TA blum maju2 lagi”
“Capek ah. Balik yuk”
“Yeah, yukkk”

h1

20 menit di terminal xtrans

January 30, 2007

10.26 pagi
Hari minggu, 28-01-07
Damai.
Gw di jakarta. Sekarang gw gi di terminal xtrans. Xtrans Fatmawati.
Tentunya gw bukan mo jadi calo. Dan lebih tentu lagi bukan mo ke Garut.

Mobil ke bdg bakal berangkat sekitar jam 11. That’s mean 30 minutes more.
Gw gi nunggu. Depan gw ada 2 anak kecil. Yang satu sedang duduk menikmati roti. Satu lagi tampak menari2 ga jelas. tampaknya mereka sodara. Hal ini gw simpulkan setelah melihat jempol kaki mereka yg bentuknya sama.
[TK aka Tukang Komentar] ???

Suasana hening.

Sayup2 terdengar suara radio milik staf Xtrans. Namun berinterferensi dgn suara Pasha. Okeh, tnyata salah satu anak tadi, yang lebih gede, memutar Andai Ku Tahu di handphonenya.

Suasana masih hening.
“Om!”
“Om!”
“Paan tuh? Penjual kompor??” gw mencoba meyakinkan telinga gw
“Om!”, sahut anak itu.
Gw berpaling.
“Hei, manggil gw lo?”, pikir gw.
“Om, mau ke bandung ya?” tanya dia setelah gw liatin.
“Masya Allah, muka imut-culun gini dipanggil om… Tolong ampuni dosa anak ini
Tuhan!” gw memohon kepada di Atas.
“Oh, iya.”, jawab gw sekenanya.
“Ooh. Tinggal di sana?”
“Ga, gw kuliah”, jawab gw lagi.
dan percakapan antara seorang anak yang gw ketahui ternyata masih SD kelas 6 dengan seorang om yang ditaksir sudah kepala 2 ini berlangsung seadanya dan senyambungnya.

Heran gw, anak2 sekarang gede2 ya, palagi itunya. (Tolong jaga pikiran anda dari segala hal2 yang dapat menyebabkan disfungsional otak) Gw kirain smp, ternyata masih SD. Mungkin evolusi manusia tanpa kita sadari sudah berjalan into the next step.

Okeh. Dan mungkin gw merupakan contoh anomali evolusi yang menuju ke previous phase. Fase jaman purba. Fase ketika culun masih dianggap jenius dan brilian.

h1

Thanks To…..

January 29, 2007

Finally. Gw buat blog. Ucapan terima kasih sudah sepantasnya dilayangkan kepada

saudara Ronny

saudari Rika

saudara Ronald

saudara Amudi

saudara-saudaraku di Jakarta

saudari-saudariku di Makassar

saudara-saudariku di Toraja

di seluruh penjuru Indonesia

di pelosok bumi manapun

Thank u all.

Harapan gw kedepannya… mmmm, semoga ga culun lagi. Titik.